Skip to main content

Review Suzume no Tojimari (2023)

Karya Makoto Shinkai paling Mature dan paling Eye-catching sejauh ini. Suzume no Tojimari (2023) Makoto Shinkai memang sudah menjadi nama yang tak asing khususnya bagi pecinta film dan anime, semenjak ia merilis karya fenomenalnya Kimi No Nawa di tahun 2016 dan tak heran jika banyak orang yang menanti film terbarunya. Kali ini Makoto Shinkai sekali lagi menggabungkan unsur fantasi, bencana, dan romance pada karyanya yakni Suzume No Tojimari . Film ini mengambil fenomena alam yang dulunya pernah terjadi di Jepang pada 11 Maret 2011 dimana kala itu negeri samurai terkena gempa yang disusul dengan Tsunami. Berawal dari fenomena inilah Makoto Shinkai membangun fondasi dalam penceritaannya dan semuanya dituangkan dengan pendekatan ala "road movie" , yang selama menonton film ini kita akan diajak untuk melihat lanskap-lanskap indah di kota-kota kecil Jepang yang setiap sudutnya akan menjadi hidangan lezat untuk mata kita. Tapi dibalik perjalanannya Suzume dalam mencari pintu di...

Review film Babylon (2022)

Surat cinta sekaligus benci untuk Hollywood dari Damien Chazelle.

Babylon (2022)

Mengingatkan saya dengan karya Damien Chazelle terdahulu yang jadi salah satu film favorit saya sepanjang masa yaitu La La Land. Ada 2 karakter utama bertemu di tempat yang tidak terduga, memiliki bumbu romansa, mereka juga memiliki mimpi yang ingin dicapai serta sama-sama membahas dunia seni juga.

Opening scene-nya yang punya durasi 30 menit!!! pun juga mengingatkan saya dengan kekacauan yang ada di film The Wolf of Wall Street, bedanya yang satu berkisah tentang sisi gelapnya pusat keuangan terkemuka di dunia, sedangkan Babylon berkisah tentang sisi gelapnya perfilman Hollywood di era 1920-an. Dan keseluruhan, mereka sama-sama punya durasi selama 3 jam. YEAHHH 3 hours full of chaos. It's like Hollywood you've never seen before.

Film ini mengisahkan tentang era film bisu dan transisinya menuju film suara. Babylon bisa dikatakan sebagai sebuah surat cinta sekaligus benci terhadap Hollywood, terutama di tahun 1920-an ketika transisi tersebut memiliki dampak yang besar terhadap industri perfilman.

Bayangkan, para aktor/aktris yang biasanya hanya mengandalkan ekpresi dan bahasa tubuh, kini harus menghafal dialog, yang mana kalau berbicara tentang bahasa bagi seorang aktor, maka akan mencakup intonasi, serta aksen yang sesuai dengan peran untuk dapat menghidupkan karakter agar bisa mengambil hati penonton, belum lagi dari segi teknis dan para crew lain yang juga harus menyesuaikan, film ini berhasil memberikan gambaran bagaimana chaos-nya lokasi syuting pada era tersebut.

Film ini punya babak 1 dan babak 2 yang menurutku sangat layak untuk dikatakan sebagai sebuah masterpiece. Puas banget saya ngetawain tragedi yang seharusnya ga diketawain, apalagi tragedi tersebut tentang Hollywood. Namun untuk durasinya terbilang kelamaan sih, sudah kaya nonton Avatar The Way of Water aja. Beberapa adegan mungkin ga perlu ada. Konflik-konflik seperti adegan dengan Tobey Maguire, walaupun doi keren banget di film ini kaya Joker, tapi ga perlu sepanjang dan se-disturbing itu.

Malah setelah scene tersebut saya semakin yakin, Damien Chazelle kayanya sambil nyimeng deh dalam prosesnya dia bikin film ini. Saking liar, kacau, megah, brutal, dan ambisiusnya sampai-sampai beliau juga bingung untuk mengakhiri kisah film ini seperti apa.

Kesimpulan, walaupun ini bukan karya terbaik Damien Chazelle, karena karya terbaik beliau menurutku yang pertama masih Whiplash dan yang kedua La La Land. Tapi Babylon dalam segi teknis memang lebih bagus, lebih megah dan menggelegar karena budget-nya juga ga main-main. Seenggaknya film seniat ini kudu menang penghargaan Oscar's best production design sih. Ditambah musiknya yang sudah jadi ciri khas beliau yaitu Jazz, bikin filmnya makin chaos tapi tetap menyenangkan untuk ditonton.

Ain’t life grand?”.
Nellie laroy, 2022

Comments

Popular posts from this blog

Review film The First Slam Dunk (2022)

Fans berat atau bukan, dijamin kalian akan sama-sama terpukau oleh film ini. The First Slam Dunk (2022) Jujur, saya bukan fans Slam Dunk . Tapi Slam Dunk ini adalah salah satu anime yang memorable banget karena dulu pas masih kecil pernah nonton anime ini di TV. Ya sebatas itu aja sih saya mengenal Slam Dunk , dari nonton kadang, ga mengikuti semua episode, dan sampai sekarang belum kesampaian untuk baca manga nya. Tapi, sebagai yang bukan fans aja! saya terharu nonton film ini!!! apalagi para legend yang sudah mengikuti anime ini dari tahun 1990-an sampai 2000-an dan baca manga nya juga, bahkan para atlet basket yang banyak terinspirasi sama Slam Dunk pun terus nonton film ini, pasti bakal lebih kena sih sisi emosionalnya.  Shohoku vs Sannoh Film ini kurang lebih bercerita tentang pertandingan legendaris antara Shohoku vs Sannoh yang berlangsung sangat sengit dan realistis, sensasi nonton ini di bioskop berasa kaya nonton pertandingan basket beneran. Diperkaya dengan adanya v...

Review series Succession Indonesia

Drama keluarga konglomerat yang bisa bikin bludrek nontonnya. Succession HBO series. Masih ingat dengan presdir Jangga di Itaewon class yang aktingnya sukses bikin kita yang nonton bludrek alias geram maksimal? sampai rasanya ingin sekali datang langsung ke lokasi syuting untuk mengingatkan bahwa beliau itu sudah tua sakit-sakitan harusnya perbanyak ibadah, main sama cucu, dan nikmatin sisa hidup dengan beramal. Ini malah maunya bersaing terus sama Park seo ryi sampai akhir hayat menjemput smh. Anyways, kok ini jadinya malah ikut terbawa emosi ke jalan cerita Itaewon class sih? tapi bentar, malahan itu membuktikan bahwa series tersebut sukses memberi kesan tersendiri buat penontonnya loh, jadi bukan sekedar angin lewat yang mudah dilupakan begitu saja. Sama halnya seperti serial orisinal HBO bertajuk  Succession  ini yang menurut saya jauh lebih sukses besar untuk hal tersebut. Succession  ini adalah sebuah drama tema keluarga konglomerat pemilik berbagai bisnis media d...

Review Suzume no Tojimari (2023)

Karya Makoto Shinkai paling Mature dan paling Eye-catching sejauh ini. Suzume no Tojimari (2023) Makoto Shinkai memang sudah menjadi nama yang tak asing khususnya bagi pecinta film dan anime, semenjak ia merilis karya fenomenalnya Kimi No Nawa di tahun 2016 dan tak heran jika banyak orang yang menanti film terbarunya. Kali ini Makoto Shinkai sekali lagi menggabungkan unsur fantasi, bencana, dan romance pada karyanya yakni Suzume No Tojimari . Film ini mengambil fenomena alam yang dulunya pernah terjadi di Jepang pada 11 Maret 2011 dimana kala itu negeri samurai terkena gempa yang disusul dengan Tsunami. Berawal dari fenomena inilah Makoto Shinkai membangun fondasi dalam penceritaannya dan semuanya dituangkan dengan pendekatan ala "road movie" , yang selama menonton film ini kita akan diajak untuk melihat lanskap-lanskap indah di kota-kota kecil Jepang yang setiap sudutnya akan menjadi hidangan lezat untuk mata kita. Tapi dibalik perjalanannya Suzume dalam mencari pintu di...